Pengalaman Menjadi Pemimpin




" Menjadi orang baik itu mudah, diam saja sudah jadi orang baik. Yang sulit itu menjadi orang yang bermanfaat, karena untuk bisa menjadi orang yang bermanfaat butuh perjuangan dan pengorbanan " . 

Begitulah salah satu perkataan yang pernah terdengar di telingaku, memang benar bahwa untuk menjadi orang yang bermanfaat tak semudah untuk menjadi orang yang baik. Contoh sederhananya adalah ketika kita ingin dianggap orang  bahwa kita ini orang baik, cukuplah kita tidak mencampuri urusan orang lain, rajin beribadah,  tidak mengeluarkan kata kata kotor, dan hal hal lain yang sifatnya dilakukan oleh pribadi kita sendiri dan tak berhubungan dengan orang lain. 

Sementara untuk menjadi orang yang bermanfaat, mulut kita tidak cukup diam. Kita paling tidak harus membuka suara agar bisa menjadi orang yang bermanfaat, contohnya adalah ketika kita akan mengajak seseorang untuk melakukan hal kebaikan, kita tidak hanya memikirkan bagaimana diri kita sendiri bisa beribadah dengan baik, akan tetapi kita juga harus bisa mengajak orang lain untuk beribadah dengan baik pula. Itulah salah satu perbedaan antara orang baik dan orang yang bermanfaat.

Menyambung dengan perjalanan hidupku, dimana salah satu usahaku untuk menjadi orang yang bermanfaat adalah dengan menjadi seorang pemimpin. Ya aku berusaha untuk menjadi seorang pemimpin, hal yang sebenarnya jika dipikir pikir dan melihat ke dalam diriku sendiri, aku merasa seperti tidak memiliki bakat untuk menjadi pemimpin. Selain merasa tidak memiliki bakat untuk memimpin, dalam hati kecilku juga seperti tidak pernah terlintas keinginan untuk menjadi pemimpin. 

Namun motivasi untuk menjadi seorang pemimpin itu timbul sebenarnya ketika aku duduk di bangku kelas 12 SMK, dimana saat itu ada guruku yang memberikan motivasi agar setiap siswa memiliki keberanian untuk menjadi seorang pemimpin, dan akhirnya motivasi itupun berhasil membuatku mencalonkan diri sebagai ketua kelas dan akhirnya aku menjadi ketua kelas untuk pertama kalinya dan sekaligus terakhir kalinya.  Waktu itu aku sudah kelas 12 SMK sehingga tidak mungkin lagi untuk menjadi ketua kelas ke dua kalinya. Waktu itu ketika aku menjadi ketua kelas, banyak hal yang berubah dari kehidupan sekolahku sebelumnya, salah satunya adalah aku mulai banyak melakukan interaksi dengan teman-temanku. Hal yang sebelumnya tidak banyak aku lakukan ketika aku menjadi murid yang hanya memikirkan pelajaran saja.

Ketika aku memutuskan untuk mencoba menjadi ketua kelas waktu itu ternyata seperti membuka kesempatan kesempatan lain untuk aku coba kembali sebagai seorang pemimpin. Saat itu aku juga diberikan kesempatan untuk menjadi ketua remaja masjid di salah satu masjid di kampungku. Walaupun mungkin tidak terlalu banyak hal yang bisa aku lakukan saat itu, akan tetapi kembali lagi bahwa pengalaman pengalaman baru aku dapatkan. 

Sedikit demi sedikit kesempatan itu telah memberikan sumbangsih terhadap pengembangan pribadi diriku sendiri. Berlanjut setelah aku menjadi ketua remaja masjid, aku kembali ditunjuk untuk menjadi ketua panitia dalam acara pengajian di kampungku. Namun sayangnya, aku kurang banyak mengambil peran disitu, dikarenakan memang keadaan yang membuatku harus banyak mengalah. Dalam panitia tersebut lebih banyak didominasi oleh orang orang tua, jalannya kepanitiaan tidak sesuai sebagaimana mestinya walaupun pada akhirnya acara tetap berjalan sukses.

Selanjutnya perjalanan hidupku menjadi soeorang pemimpin berlanjut di kota perantauanku yaitu Yogyakarta, dimana setelah aku dua tahun lebih menjadi santri di Pondok Pesantren Ki Ageng Giring, sekarang aku diamanahi menjadi ketua panitia akhirussanah 2019.  Hal yang sebenarnya di awal membuat aku bingung mengapa teman-temanku mempercayakan tanggung jawab ini kepadaku, yang mana tanggung jawab ini bagi kebanyakan orang termasuk diriku merupakan tanggung jawab yang cukup berat.  

Hal yang sama aku rasakan ketika pada awal tahun kedua aku menjadi santri aku diamanahi untuk menjadi ketua divisi pendidikan. Hal yang sangat tidak pernah aku bayangkan dan inginkan sebelumnya, mengingat tanggung jawab sebagai ketua divisi pendidikan tidaklah mudah, apalagi diriku sebelumnya tidak memiliki pengalaman dikarenakan ini merupakan pengalaman pertama kalinya aku menjalani kehidupan di pesantren. 

Niat awal aku berangkat ke Yogyakarta adalah untuk kuliah dan memperdalam ilmu agama saja, mengingat memang ilmu agama yang aku milki masih sangat terbatas. Namun mungkin Allah berkehendak lain, dan memilihkan jalan ini untuk aku lalui. Tentunya aku selalu mencoba untuk berperasangka baik, bahwa semua ini adalah jalan yang insyaallah yang terbaik yang Allah berikan kepadaku, walaupun aku tau jalan ini takan mudah untu aku lalui. Tapi aku harus yakin dan kuat bahwa aku akan melalui semua ini dengan baik. 


"Sukses Akhirussanah 2019"


Arif Subarkah, Yogyakarta 00:30 AM 23 Desember 2018.
 
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url